Minggu, 15 Oktober 2023

CERITA DEWASA TERBARU PERAWAN ANAK LANGGANANKU

 

Cerita Dewasa Terbaru Perawan Anak Langgananku – Perkenalkan namaku Wira, umurku 32 tahun dan aku bekerja disalah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa perbaikan parabola. Aku sudah bekerja di perusahaan itu kurang lebih 2 tahun dan selama itu juga aku sudah mendapatkan banyak pelanggan. Mungkin karena aku ramah dan servisku yang baik maka para pelangganku selalu saja menghubungiku tiap kali parabolanya rusak.

Kali ini aku akan menceritakan pengalaman pribadiku dengan anak pelangganku yang bernama Anggita. Gadis muda yang berumur sekitar 15 tahun. Anggita adalah anak dari pelangganku yang bernama bu Erna. Gadis kecil yang manis, cantik dan juga sangat ganas dalam berhubungan seks. Langsung saja keceritaku.

Waktu itu kalau tidak salah hari sabtu aku mendapatkan sebuah telpon dari Ibu Erna pelangganku. Bu Erna menyuruhku segera ke rumahnya untuk memperbaiki parabolanya yang rusak karena hujan deras tadi malam. Karena aku juga sudah dekat dengan bu Erna, maka aku segera menuju rumahnya.

Tak berapa lama kemudian, akhirnya aku sampai dirumah bu Erna dan disana aku disambut oleh seorang anaknya yang bernama Anggita. Karena bu Erna sudah menjadi langgananku, maka aku langsung disuruh masuk kedalam rumahnya.

Saat itu kulihat suasana rumah bu Erna sangat sepi sekali hanya ada Anggita yang dirumah dan masih menggunakan seragam sekolahnya. Dan kulihat Anggita juga baru saja pulangdari sekolahnya.

“Ibumu pulang jam berapa Gita..?” tanyaku. SLOTGACORLAPAK303

“Biasanya sih sore sekitar jam setengah 6’an gitu..” jawabnya.

“Owh…tadi om disuruh kesini buat betulin parabola di rumahmu. Apa masih gak keluar gambarnya..?” tanyaku.

“Iya om.. sampai Anggita gak bisa nonton film kesukaan Anggita, rugi deh jadinya..” jawab Anggita.

“Sebentar yah, om betulin dulu parabolanya..” balasku.

Kemudian aku segera naik keatas genteng dan singkat kata kurang lebih 15 menit saja aku sudha bisa membenarkan posisi parabola yang tergeser karena tertiup angin kencang tadi malam.

Naaah, awal pengalamanku bermula saat aku mau turun dari genteng, lalu minta tolong pada Anggita untuk memegangi tangganya. Ketika itu Anggita sudah ganti baju sergamnya dengan kaos oblong ala Bali. Kedua tangan Anggita terangkat ke atas memegangi tangga, akibatnya kedua lengan kaosnya merosot kebawah dan ujung kerahnya yang kedodoran membuka sangat lebar.

Pembaca pasti ingin ikut melihat karena dari atas pemandangannya sangat jelas terlihat. Ketiak Anggita ditumbuhi bulu-bulu tipis sangat sensual sekali, kemudian dari ujung kerahnya kulihat gumpalan toketnya yang kencang dan putih mulus yang membuat batang penisku seketika berdenyut dan mulai mengeras. Sebuah pemandangan yang sangat membuatku terangsang.

Anggita gak pakai bra, mungkin karena kepanasan, toketnya berukuran lumayan namun jelas terlihat sangat kencang, namanya juga toket remaja yang belum terkena polusi. Dengan menahan nafsuku, perlahan kuturuni anak tangga sambil sesekali mataku melirik kebawah.

Anggita nampak gak menyadari kalau aku sedang menikmati keindahan buah dadanya. Namun yaaaah.. sebaiknya begitu. Gimana jadinya kalau Anggita tahu kemudian tiba-tiba tangganya dilepas, dijamin minimal pasti aku jatuh dan patah tulang. Yang pasti setelah sampai kebawah, pikiranku jadi kurang konsentrasi pada tugas.

Aku baru ingat kalau saat itu keadaan rumah ini hanya ada aku dan Anggita sigadis remaja yang cantik. Anggita memang cantik dan nampak sudah dewasa dengan mengenakan baju santai ketimbang seragam sekolah.

Seperti biasanya, mataku menaksir wanita habis wajah kemudian turun kebetis kemudian naik lagi ke bagian dada. Kulihat Anggita pantas kukasih nilai 90. Dna melihat aku memandangi tubuh molek Anggita, kemudian Anggita berkata,

“Om kok memandangku begitu sih.. aku jadi malu donk..” ujarnya setengah manja sambil mengibaskan majalah ke mataku.

“Wahh.. sorry deh Gita.. habis selama ini om baru menyadari kecantikanmu” balasku sekenanya sambil tanganku menepuk pipinya.

Seketika wajah Anggita langsung memerah, barangkali tersinggung, memang dulu-dulunya nggak cakep seperti sekarang.

“Idiiiiihh.. om kok jadi genit deh..” balas Anggita sambil tersenyum manis dan Duiiiilah senyumnya bikin hati gemes, terlebih merasa dapat angin harapan.

Kemudian setelah itu kucoba menyalakan TV dan langsung muncul SCTV. Beres deh, tinggal merapikan kabel-kabel yang berantakan dibelakang TV.

“Sekarang dicoba Gita.. bantuin om pegangin kabel merah ini..” ujarku.

Dan karena posisi TV sedikit rendah maka Anggita terpaksa jongkok didepanku sambil memegang kabel warna merah yang kusuruh tadi. Kaos terusan Anggita yang pendek gak cukup untuk menutupi seluruh kakinya, akibatnya sudah bisa diduga. Paha Anggita yang sangat mulus dan putih bersih berkilauan didepanku, bahkan sempat terlihat warna CD Anggita.

Seketika itu juga jantungku seperti berhenti berdetak kemudian berdetak dengan cepatnya. Dan semkain bertambah cepat lagi saat tangan Anggita diam saja saat kupegang untuk mengambil kabel merah kembali.

Punggung tangannya kubelai, Anggita diam saja sambil menundukkan wajah. Aku pun segera memperbaiki posisiku kala tangannya kuremas Anggita telah mengeluarkan keringat dingin. Kemudian perlahan kudongakkan wajahnya serta kubelai sayang rambutnya.

“Anggita..kamu cantik sekali.. Boleh om menciummu?” ujarku kubuat sesendu mungkin untuk menarik simpati Anggita.

Anggita hanya diam saja namun perlahan matanya terpejam. Bagiku sikap Anggita itu adalah jawaban. Perlahan kukecup keningnya dan kemudian kedua pipinya. Dan setengah ragu kutempelkan bibirku kebibirnya yang membisu. Tanpa kuduga Anggita membuka sedikit bibirnya. Itu-pun juga sebuah jawaban. Selanjutnya terserah anda.

Segera kulumat bibirnya yang empuk dan terasa lembut sekali. Lidahku mulai menggeliat ikut meramaikan suasana. Tak kuduga pula Anggita menyambut dengan hangat kehadiran lidahku, Anggita mempertemukan lidahnya dengan lidahku. Kujilati seluruh rongga mulutnya sepuas-puasnya, lidahnya kusedot, Anggita-pun mengikuti caraku.

Perlahan tubuh Anggita kurebahkan kelantai. Mata Anggita menatapku sayu. Dan kubalas dengan kecupan lembut dikeningnya lagi. Kemudian kembali kulumat bibirnya yang sedikit terbuka. Tanganku yang sejak tadi membelai rambutnya, rasanya kurang puas, sekarang saat yang tepat untuk mulai mencari titik-titik rawan. Kusingkap perlahan ujung kaosnya. Karena Anggita memakai kaos terusan, pahanya yang mulus mulai terbuka sedikit demi sedikit.

Sengaja aku bergaya softly, karena sadar yang kuhadapi adalah gadis muda berumur 16 tahun. Harus penuh kasih sayang dan kelembutan, sabar menunggu hingga Anggita dimabuk kepayang. Dan kelihatannya Anggita bisa memahami sikapku, saat aku kesulitan menyingkap kaosnya yang tertindih pantat, Anggita sedikit mengangkat pinggulnya. Wah, sungguh seorang gadis remaja yang penuh pengertian.

“Aaaahh.. Aaaaahh..”

Hanya suara desahan yang keluar dari mulutnya sata mulutku mulai mencium batang lehernya. Sementara tanganku sedikit menyentuh ujung CD-nya kemudian bergeser sedikit lagi ketengah. Kurasakan CD Anggita sudah lembab.

Tanganku menemukan gundukan lunak yang erotis dengan belahan tepat ditengahnya. Aku tak kuasa menahan gejolak nafsuku lagi, kuremasi gundukan itu dan Anggita memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit sendiri bibir bawahnya.

Suasana yang panas menambah panas tubuhku yang sudah panas. Segera kulucuti bajuku, juga celanaku hingga sekarang tinggal tersisa CD-ku saja. Tanpa ragu lagi kupelorotkan CD Anggita. Wooowww…baru kali ini kulihat sebuah gundukan seindah milik Anggita.

Luar biasa.. padahal belum ada sehelai bulu pun yang tumbuh. Bukitnya yang besar putih sekali. Dan saat kutekuk lutut Anggita kemudian kubuka kakinya, tampak bibir vaginanya masih bersih dan berwarna kemerehan. Anggita gak tahu lagi akan keadaan dirinya, belaianku berhasil membuatnya melayang. Anggita hanya bisa terus medesah kegelian sambil meremasi kaosnya yang sudah tersingkap setinggi perut.

Gak sabar lagi, tak kubiarkan sebuah keindahan itu terbuka sia-sia begitu saja. Segera kuarahkan wajahku disela-sela paha Anggita dan menenggelamkannya dipangkal pertemuan kedua kakinya. Mulutku kubuka lebar-lebar untuk bisa melahap seluruh bukit kemaluan Anggita.

Bau semerbak kas kemaluan seorang gadis gak kuhiraukan, kuanggap semua kemaluan wanita sama saja. Lidahku menjuluri seluruh permukaan bibir vaginanya. Setiap lendir kujilati kemudian kutelan habis dan kujilati terus. Kujilati sepuas-puasnya seisi selangkangan Anggita sampai bersih.

Lidahku bergerak lincah dan keras ditengah-tengah bibir vaginanya. Dan saat lidahku mengayun dari bawah keatas hingga tepat jatuh di iutilnya, Kujepit klitorisnya dengan gemas dan lidahku menjilatinya tanpa kompromi. Anggita gak sanggup lagi untuk berdiam diri. Badannya memberontak keatas kebawah dan bergeser kekiri kekanan.

Segala ujung syarafnya telah terkontaminasi oleh kenikmatan yang amat sangat dashyat. Sebuah kenikmatan yang bersumber dari lidahku mengorek klitorisnya namun menyebar keseantero tubuhnya. Anggita udah gak mengenal lagi siapa dirinya yang membuatku jadi semakin ganas dan melupakan Anggita itu siapa.

Batang penisku sudah sangat besar bergemuruh seluruh isinya. demi melihat Anggita tersenggal-senggal, segera kutanggalkan modal terakhirku, yaitu celana dalamku. Tanpa basa-basi segera kuarahkan ujung penisku kepangkal selangkangan Anggita. Sekilas kulihat Anggita mendelik kuatir melihat perubahan perangaiku.

Batang penisku memang kelewatan besarnya belum lagi panjangnya yang hampir menyentuh pusar bila berdiri tegak. Anggita kelihatannya ngeri dan mulai sadar ingatannya, kakinya agak tegang dan berusaha merapatkan kedua kakinya.

“Ampun om.. jangan oomm.. ampun omm.jangann..” Tangan Anggita mencoba menghalau kedatangan penisku yang siap mengarah keVaginanya. RTPLAPAK303

Merasa mendapat perlawanan, sejenak aku jadi agak bingung, namun untunglah aku mErnaliki pengalaman yang cukup untuk menghadapinya. Segera aku mErnanta maaf sambil tanganku kembali membelai rambutnya yang terurai acak-acakan.

“Anggita takut om. Nanti kalau mama tahu pasti Anggita dimarahin. Dan lagi Anggita gak pernah kayak ginian. Anggita juga jadi malu..” ujarnya setengah mau menangis dan membetulkan kaosnya untuk menutupi tubuhnya.

“Kamu gak usah kawatir Gita, om gak bermaksud jahat terhadapmu, om sayang sekali sama Anggita Dan lagi Anggita jangan takut sama om. Semua orang cepat atau lambat pasti akan merasakan kenikmatan hubungan intim. Jangan takut berhubungan intim karena berhubungan intim itu enak sekali” balasku menenangkan serayu merayu Anggita

“Iya, tapi Anggita gak tahu harus bagaimana dan kenapa tahu-tahu Anggita jadi begini..?” Air mata Anggita mulai mengalir dari pojok matanya. Dan melihat itu aku segera memeluknya agar bisa menenangkannya.

Cukup lama aku memberi ceramah dan teori edan secara panjang lebar, sampai akhirnya Anggita bisa memahami seluruhnya. Dan sesekali senyumnya mulai muncul lagi.

“Coba sekarang Anggita belajar pegang burung om, bagus kan” ujarku smabil tanganku meraih tangannya kemudian membimbingnya memegang kebatang penisku.

Tangannya kaku sekali namun setelah perlahan-lahan kuelus-eluskan pada batang kontolku, otot tangannya mulai mengendor. Kemudian tangannya mulai menggenggam batang penisku. Perlahan tangannya kutuntun maju-mundur.

Kelembutan tangannya membuat batang penisku mulai bergerak membesar, sampai akhirnya tangan Anggita gak cukup lagi menggenggamnya. Dan Anggita kelihatan menikmatinya, tanpa kuajari lagi tangannya bergerak sendiri.

“Aaaahh.. enak sekali Gita.. aahh.. kamu memang anak yang pintar.. Aaaaahh..” mulutku tak sanggup menahan kenikmatan yang mulai menjalari seluruh syarafku.

Sementara itu tangan kiriku mulai meremas buah dadanya yang masih tertutup kaos yang tipis. Belum pernah aku meremas buah dada sekeras milik Anggita. Tangan kananku yang satu meraih kepalanya kemudian dengan cepat kulumat bibirnya.

Lidahku menjulur keluar menelusuri setiap sela rongga mulutnya. Hingga akhirnya lidah Anggita-pun mengikuti yang kulakukan. Dari matanya yang terpejam, bisa kurasakan kenikmatan tengah membakar tubuhnya.

Segera aku meminta Anggita untuk melepas kaosnya agar lebih leluasa. Dan tanpa ragu-ragu Anggita segera berdiri kemudian menarik kaosnya keatas hingga melampaui kepalanya. Batang penisku semakin berdenyut-denyut menyaksikan tubuh mungil Anggita tanpa mengenakan sehelai benang. Tubuhnya yang sintal dan putih bersih membakar semangatku. Benar-benar sempurna. Kedua buah dadanya menggelembung indah dengan puting yang mengacung keatas.

“Gitaaa.. Tubuhmu luar biasa sekali.. Hebat!” Pujiku membuat wajahnya memerah barangkali menahan malu

“Oomm, boleh gak Anggita mencium burung om?” Anggita tersipu-sipu menunjuk keselangkanganku. Rasanya gak etis kalau aku menolaknya. Kemudian sambil duduk disofa aku menelentangkan kedua kakiku.

“Tentu saja boleh kalau Anggita menyukainya..” Kubikin semanis mungkin senyumku

Anggita-pun mengambil posisi dengan berjongkok kemudian kepalanya mendekati selangkanganku. Mulanya hanya mencium dan mengecup seputar kepala batang penisku. Perlahan lidahnya mulai ikut berperan aktif menjilat-jilatinya. Anggita kelihatan keenakan mendapat mainan baru. Dengan rakus lidahnya menyusuri sekeliling batang penisku. Sensasi yang snagat luar biasa membuatku gemas meremasi kedua toketnya.

“Aaduuhh.. enak sekali Gita.. Teruss.. Gita..Coba kesebelah sini,” kataku sambil menunjuk kebuah zakarku. Dan Anggita segera paham kemudian mejulurkan lidahnya kebuah zakarku. Anggita menggerakkan lidahnya kekanan kekiri atas-bawah.

“Oomm…kekamar Anggita aja yuk biar gak panas..” Sahutnya mengajakku kekamarnya yang ber-AC.

“Terserah Anggita aja dehh..” balasku

Begitu Anggita merebahkan tubuhnya keranjnag, aku gak mau menunggu lama lagi untuk merasakan tubuh indahnya. Segera kutindih dan kucumbui. Sekujur tubuhnya gak ada yang kusia-siakan. Terutama dibagian toketnya yang aduhai. Tanganku seakan gak pernah lepas dari liang vaginanya. Setiap tanganku menggosok klitorisnya, tubuh Anggita menggelinjang entah mengapa. Sementara itu batang penisku seperti akan meledak menahan tekanan yang demikian besarnya.

Akhirnya kutuntun burungku menuju liang vagina Anggita. Lubang vagina Anggita yang telah kebanjiran sangat berguna sekali, bibir vaginanya yang kencang memudahkan batang penisku menyelinap kedalam. Sedikit-sedikit kudorong maju. Dan setiap dorongan membuat Anggita meremas kain sprei.

Kalau Anggita merasa seperti kesakitan aku mundur sedikit, kemudian maju lagi, mundur sedikit, maju lagi, mundur, maju, mundur, maju, dan “bleeeeeess..” Tak kusangka lubang vagina Anggita mampu menerima penisku yang besar ini. Begitu amblas seluruh batang penisku, Anggita menjerit kesakitan. Aku kurang menghiraukan jeritannya.

Kenikmatan yang tak ada duanya telah merasuki tubuhku. Namun aku tetap menjaga irama permainanku maju-mundur dengan perlahan. Menikmati setiap gesekan demi gesekan. Lubang vagina Anggita sempit sekali hingga setiap berdenyut membuatku melayang. Denyutan demi denyutan membuatku semakin tak mampu lagi menahan luapan gelora persetubuhan. LAPAKGAMING

Terasa beberapa kali Anggita mengejangkan lubang vaginanya yang bagiku malah memabukkan karena liang vaginanya jadi semakin keras menjepit batang penisku. Erangan, rintihan, dan jeritan Anggita terus menggema memenuhi ruangan. Rupanya Anggita-pun menikmati setiap gerakan batang penisku.

Rintihannya mengeras setiap kali batang penisku melaju cepat kedasar liang senggamanya. Dan mengerang lirih saat kutarik batang penisku. Hingga akhirnya aku sudah gak bisa bertahan lebih lama lagi.

Saat batang penisku melaju dengan kecepatan tinggi, meledaklah sudha spermaku. Batang penisku menghujam keras dan kandas didasar jurang memek Anggita. Anggita-pun melengking panjang sambil mendekap kencang tubuhku, kemudian tubuhnya bergetar hebat. Sebuah kenikmatan yang sempurna.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Jumat, 13 Oktober 2023

KEVIN DEMONIC – JUDGEMENT DAY – 2

 

Selanjutnya aku seperti setengah sadar bergerak kalap megayunkan parang ke arah para penjarah itu. Si brewok adalah yang pertama roboh. Lehernya kurobek sebelum dia sempat mencabut cluritnya. Kemudian kulihat si cepak menyerangku dengan parangnya tapi bagiku segalanya terlihat bagai dalam film gerak lambat. Dengan mudah kuhindari sabetan parangnya, lalu dengan penuh amarah aku mambacok kepalanya. Darah bercampur cairan putih muncrat dari ubun-ubunnya saat aku belah dengan parang! Aku agak tersadar ketika melihat si gondrong dengan belatinya mengiris leher Mirna adiku. Aku terdiam ketika darahnya muncrat ke tembok, lalu tubuhnya roboh ke lantai dengan mata terbelalak. Aku bahkan belum bereaksi ketika si gondrong menyerangku dengan belatinya.

Tiba-tiba kesadaranku seperti terenggut kembali dan tubuhku bergerak menghindari hujaman belatinya sehingga hanya melukai pundak sebelah kananku. Si gondrong tersungkur karena kehilangan keseimbangan. Kujambak rambut gondrongnya, lalu.. “Kematian telah menggenggam tanganku, di tanganku ada kematian!” aku bergumam tanpa sadar. Masih kudengar si gondrong memohon ampun padaku tapi tanganku segera mengayunkan parang dengan cepat. Sedetik kemudian aku berdiri dengan parang penuh darah di tangan kananku dan menenteng kepala manusia di tangan kiriku, Darah! Maut!

Kesadaranku kembali pulih dan mataku menyalang menatap sekeliling. Rupanya teman-teman penjarah tadi sudah pergi mambawa barang jarahannya. Aku melihat tubuh ayahku tergeletak penuh lubang menganga lalu Mirna adiku mati dengan leher nyaris putus kemudian ibuku tergeletak membelalak dengan usus terburai, dua tubuh penjarah dengan luka bacok serta seorang penjarah yang tewas dengan kepala putus. Darah di mana-mana, di lantai, di tembok, bahkan di atas tubuh telanjang ciciku. Kubuang parang di tanganku lalu menghampiri ciciku yang masih terikat bugil di atas meja. Dia saksi dari apa yang telah kuperbuat di sini. Dia menatapku dingin, dia seperti melihat orang asing. Ada sebersit rasa takut di matanya. “Kevin apa yang kamu lakukan!” suaranya kosong. “Kenapa kamu bunuh Papa!” dia berucap dingin seperti tidak benar-benar berniat mengucapkan kata itu. Sejenak aku memandang wajahnya lekat, ciciku memalingkan wajahnya dariku sambil berucap pelan, “Pembunuh!”. Aku tidak menghiraukan ucapannya karena tiba-tiba aku jadi memperhatikan tubuh telanjangnya yang tergolek telentang di depanku. Hatiku berkata untuk menuntaskan semua dendamku. Ayah, ibu, adiku telah tewas demikian juga para penjarah yang menodai ciciku dan menghancurkan keluargaku, semuanya telah kubunuh. Tinggal Irene ciciku di sini. Ah sekalian saja aku merebut kemenangan yang sempurna hari ini, bisik naluriku.

“Kevin lepasin cici”, suara ciciku masih gemetaran karena masih shock akan kejadian tadi. Aku pun heran karena dia cukup tegar untuk orang yang baru mengalami penyiksaan dan teror. “Cepat lepasin Kev!” ciciku mengulangi perintahnya, kali ini lebih keras suaranya. Tubuh telanjangnya telah mambiusku. Aku segera mencopot celana dan celana dalamku dengan cepat. “Keviin!” Irene memekik. “Mau ngapain kamu?” cici terkesiap melihat batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Mungkin punyaku tidak sebesar batang kemaluan pemerkosa tadi tapi ciciku pasti kaget dan tidak menyangka kalau batang kemaluanku yang waktu masih kecil biasa dilihatnya hanya sebesar jempol tangannya, kini besar dan kokoh. (batang kemaluanku panjanganya 15 cm). Kusentuh payudaranya dengan kedua tanganku, rasanya dingin bagai seonggok daging. SLOTGACORLAPAK303

“Keviin gila luu yah!” Aku merasakan sensasi aneh melihat payudara dan liang kemaluan ciciku. Jelas beda dengan waktu-waktu dulu kalau lihat dia ganti baju di kamarnya. Sekarang aku melihatnya dengan cara yang berbeda. Terus terang jeritan ciciku saat orgasme serta gerak tubuhnya yang mengejang membuatku memandangnya tidak sebagai kakak atau darah dagingku lagi. Di hadapanku telentang seorang wanita yang aku benci dan kebetulan lahir dari rahim yang sama denganku. Saat ini dia sedang telentang telanjang bulat. “Keviin, setaan luu, gua khan cici lu..!” Suaranya judes dan kasar seperti biasanya. Aku menyentuh liang kemaluannya dengan tanganku. Rasanya ya seperti liang kemaluan wanita pada umumnya. Lalu kumasukan jari tengahku ke liang kemaluannya yang masih hangat dan basah itu. Iya betul! sama seperti liang kemaluan wanita yang lain. “Ahh Keviin gilaa luu!” Kujilat jari tengahku mencicipi serta mencium aroma liang kemaluannya. Betul nggak ada bedanya sama liang kemaluan wanita-wanita yang pernah kutiduri sebelumnya.

Segera kuletakkan batang kemaluanku di gerbang liang kemaluan Irene. “Keviin jangaan!” ciciku memohon-mohon padaku. “Diam.. cerewet!” aku menjawab dengan sembarangan. Sekali batang kemaluanku kudorong ke depan, tubuhku sudah menjadi satu dengan tubuh kakakku. “Iiih.. setaan lu Keviin!” cici mengumpat tapi ada nada kegelian dari suaranya itu. Aku menggoyangkan pinggangku secara liar hingga batang kemaluanku mengocok-kocok liang kemaluannya. “Ahh.. shiit! ah shiit! Kevin stop!” Semakin dia mamaki dan mengumpatku dengan ekspresi judesnya itu, semakin terangsang aku jadinya.

Sekarang aku ingin membalas semua perbuatan ciciku padaku selama ini dengan membuatnya takluk dalam orgasme dan mengakui kenikmatan yang kuberikan padanya. Sambil memompa liang kemaluannya aku menghisap puting-puting payudaranya yang agak berwarna pink itu. “Mmmh.. udah jangan Kevin!” Irene masih berteriak-teriak memintaku berhenti. “Cici diam aja jangan banyak ngomong”, ujarku cuek. “Ohh shiit!” ujarnya mengumpat. Kakak menatapku dengan tatapan yang bercampur antara kemarahan dan kegelian yang ditahan. Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kasihan juga aku melihatnya terikat seperti ini. Dengan menggunakan belati yang tergeletak di lantai aku memotong tali yang mengikat kedua kakinya. Begitu kedua kakinya terlepas ciciku sempat berontak. Tapi apa dayanya dengan posisi telentang dengan tangan masih terikat di belakang kepalanya. Belum lagi posisiku yang sudah mantap di antara kedua kakinya membuat dia hanya bisa meronta-ronta dan kakinya menendang-nendang tanpa hasil. “Aaahh Kevin stop dong.. udah Kev.. gue khan cici lu”, kakakku memohon lagi tapi kali ini suaranya tidak kasar lagi dan terdengar mulai berdesah karena geli. Nafasnya pun mulai memburu. Aku menjilati lehernya dia melengos ke kiri dan ke kanan tapi wajahnya mulai tidak mampu menutupi rasa geli dan nikmat yang kuciptakan. ” Aduhh sshh Keviin udah doong.. hh.. ssh!” suaranya memohon tapi makin terdengar mendesah lirih. Kedua kakinya masih meronta menendang-nendang tapi kian lemah dan tendangannya bukan karena berontak melainkan menahan rasa geli dan nikmat.

Aku menaikkan tempo dalam memompa liang kemaluan kakakku sehingga tubuhnya semakin bergetar setiap kali batang kemaluanku menusuk ke dalam liang kemaluannya yang hangat berulir serta kian basah oleh cairan kenikmatannya yang makin membanjir itu. Kali ini suara nafas ciciku kian berat dan memburu, “Uh.. uh.. uhhffssh.. siiaalaan lu Kevii.. agh uuffsshh u.. uhh!” Wajah ciciku semakin memerah, sesekali dia memejamkan matanya sehingga kedua alisnya seperti bertemu. Tapi tiap kali dia begitu atau saat dia merintih nikmat, selalu wajahnya dipalingkan dariku. Pasti dia malu padaku. Liang kemaluannya mulai mengeras seperti memijit batang kemaluanku. Pantatnya mulai bergerak naik turun mengimbangi gerakan batang kemaluanku keluar masuk liang kenikmatannya yang sudah basah total. Saat itu aku berbisik “Gimana, Cici mau udahan?” Aku menggodanya. Sambil mengatur pernafasan dan dengan ekspresi yang sengaja dibuat serius, kakakku berkata, “I.. iiya.. udah.. han yah Kevin”, suaranya dibuat setegas mungkin tapi matanya yang sudah sangat sayu itu tidak dapat berbohong kalau dia sudah sangat menikmati permainanku ini. “Masa?” godaku lagi sambil tetap batang kemaluanku memompa liang kemaluannya yang semakin basah sampai mengeluarkan suara agak berdecak-decak. “Bener nih Cici mau udahan?” godaku lagi. Tampak wajahnya yang merah padam penuh dengan peluh, nafasnya berat terasa menerpa wajahku. “Jawab dong, mau udahan gak?” aku menggodanya lagi sambil tetap menghujamkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya.

Sadar aku sudah berkali-kali bertanya itu, ciciku dengan gugup berusaha menarik nafas panjang dan menggigit bibir bagian bawahnya berusaha mengendalikan nafasnya yang sudah ngos-ngosan dan menjawab, “Mmm.. iya.. hmm.” Aku tiba-tiba menghentikan gerakan naik turunku yang semakin cepat tadi. Ternyata gerakan pantat ciciku tetap naik turun, tak sanggup dihentikannya. Soalnya liang kemaluannya sudah semakin berdenyut dan menggigit batang kemaluanku. “Ehmm!” ciciku terkejut hingga mengerang singkat tapi tubuhnya secara otomatis tetap menagih dengan gerakan pantatnya naik turun. Ketika aku bergerak seperti menarik batang kemaluanku keluar dari liang kemaluannya, secara refleks tanpa disadari oleh kakakku, kedua kakinya yang tadinya menendang-nendang pelan, tiba-tiba disilangkan sehingga melingkar di pinggangku seperti tidak ingin batang kemaluanku lepas dari lubang kemaluannya.

“Lho katanya udahan”, kata-kataku membuat ciciku tidak mampu berpura-pura lagi. Mukanya mendadak merah padam dan setengah tersipu dia berbisik, “Ah setan lu Kevin.. uhh.. uhh.. swear enak banget.. pleasee dong terusiin yeeass!” belum selesai ia berkata aku langsung kembali menggenjotnya sehingga ia langsung melenguh panjang. Rupanya perasaan malunya telah ditelan kenikmatan yang sengaja kuberikan kepadanya. “Ah iya.. iiya.. di situ mmhh aah!” tanpa sungkan-sungkan lagi cici mengekspresikan kenikmatannya. Selama 15 menit berikutnya aku dan ciciku masih bertempur sengit. Tiga kali dia orgasme dan yang terakhir betul-betul dahsyat kerena bersamaan dengan saat aku ejakulasi. Spermaku menyemprot kencang sekali bertemu dengan semburan-semburan cairan kenikmatan ciciku yang membanjir. Cici pasti melihat wajahku yang menyeringai sambil tersenyum puas. Senyum kemenangan. Ah hari yang sempurna bagiku. Aku merasa seakan-akan dipenuhi energi yang luar biasa sehingga aku sanggup melakukan apa saja. LAPAKGAMING303

Seiring berlalunya kenikmatan itu aku mulai sadar akan ruangan lantai atas rumahku yang penuh darah serta mayat-mayat bergelimpangan. Aku melepaskan ikatan tangan ciciku. Dia kemudian duduk di atas meja. Sesaat dia seperti berusaha menyatukan pikirannya yang tercerai-berai karena rentetan teror dan kengerian yang baru saja dia alami. Kemudian dia bangkit dengan tubuh yang lemah akibat shock serta hubungan seks yang beruntun, yang masih tersisa nikmatnya. Dia memungut dasternya yang sudah robek di sana-sini kemudian dia kenakan. Irene sempat meratapi mayat ibu dan adikku. Kulihat ekspresi wajahnya dingin sedingin ekspresi tubuh-tubuh tanpa nyawa di sekeliling kami. Dia melangkah mendekati mayat ayah yang penuh luka dan darah lalu tiba-tiba mengeluarkan sumpah serapah yang mengagetkanku. Sepertinya dia juga memendam kebencian terhadap ayah yang mengalahkan kesedihannya saat ini. Sungguh tidak terlukiskan ucapan-ucapan yang keluar dari mulutnya mengutuki jasad kaku di depannya itu.

Aku terkejut karena kebenciannya ternyata hampir sebesar kebencianku. Kubiarkan dia terus mengumpat. Sepertinya aku sudah tidak peduli apa-apa lagi saat itu. Kita berdua sebenarnya tidak lebih hidup daripada orang-orang mati di sekeliling kita. Puas menyumpahi ayah, cici membalikkan badannya ke arahku. Sempat bergidik aku melihat ekspresinya. Matanya dingin dan kosong di atas wajah pucat pasi. Segaris senyum dingin dan kejam menghiasi wajahnya yang terdapat bekas cipratan darah. Dasternya compang-camping juga penuh cipratan darah serta kedua lengannya juga berlumuran darah. Dia lebih mirip mayat hidup atau kuntilanak daripada wanita hidup. Senyumnya menandakan kepuasan serta kemenangan. Dia berucap dingin, “Terima kasih Kev.. dia memang pantas mati.” Lalu dia menjatuhkan tubuhnya lemas ke atas sofa. Aku pun duduk di sampingnya. Tidak tahu yang harus diperbuat. “Kenapa?” aku bertanya.

Irene kemudian menceritakan apa saja yang juga menimpanya selama ini. Juga penyebab kepahitanku yang belum pernah aku ketahui sampai saat itu. Rupanya ayahku mendapatkan semua kekayaannya dengan membuat perjanjian dengan iblis. Itu terjadi saat ibu sedang mangandung diriku. Salah satu syaratnya adalah bahwa bayi yang dikandung ibuku adalah milik setan dan harus dipelihara. Aku adalah tempat di mana semua kesialan dan ketidakberuntungan ayahku harus dibuang. Karena menurut kepercayaan, setan dalam diriku akan menelan semua amarah dan energi negatif di keluargaku sehingga semakin aku disakiti semakin banyak makanan buat si iblis dan secara otomatis menghilangkan semua kemalangan di keluargaku. Aku pun dikatakan akan menjadi tumbal di mana suatu saat si iblis akan mengambil nyawaku sebagai imbalan atas kekayaan yang diberikannya pada keluargaku.

Petaka datang ketika kakak laki-laki tertuaku meninggal. Saat itu ayah percaya bahwa seharusnya akulah yang harus mati tetapi roh dalam diriku berhasil menipu iblis pencabut nyawa dengan menukar jiwaku dengan jiwa kakakku. Semua keluargaku tahu hal itu kecuali aku. Sengaja mereka merahasiakan itu dariku sehingga aku tidak pernah tahu alasan kepahitan yang melandaku sampai saat ini. Cici juga menceritakan perlakuan ayahku pada dia dan adiku Mirna yang sadis. Berulang kali dia memperkosa mereka. Ayah mengatakan bahwa itu adalah cara agar putri-putrinya terlindung dari pengaruh jahat diriku yang kata ayah selalu berusaha mengambil jiwa mereka sama seperti yang kulakukan terhadap putra tertuanya. Hal ini sekaligus makin menambah kebencian mereka terhadapku. Cici menceritakan semua itu bagai robot tanpa ekspresi dan tatapan mata kosong. Itu adalah jawaban dari pertanyaan yang selalu kutanyakan selama hidupku sampai saat itu. Ironisnya aku merasa bahwa segala kepahitanku berawal dari hal terkonyol yang pernah kudengar yaitu syarat yang harus dilakukan agar kaya raya. Aku tak habis pikir bagaimana mungkin dalam zaman modern seperti ini ayahku masih mau mendengarkan klenik konyol dan bodoh itu. Akhirnya adalah suatu proses penyiksaan batin dan fisik buatku, Juga buat saudari-saudari perempuanku. Aku lebih menerima kalau itu dilakukan karena nafsu semata daripada hal-hal klenik seperti itu. Yah memang ada benarnya juga, nafsu akan kemewahaan ibuku dan nafsu kekuasaan serta kebinatangan ayahku adalah penyebab semua ini.

Malam itu aku dan ciciku tidak berani keluar rumah karena di luar masih terdengar hiruk-pikuk massa yang mengamuk lalu lalang di depan rumah kami. Baru menjelang subuh aku menuntun ciciku keluar rumah setelah sebelumnya menyiram rumah kami dengan bensin dan membakar semuanya. Biarlah segalanya hangus dalam bara api dan asap hingga bersamaan dengan itu musnah pula segala kenangan dan jati diri kami yang penuh dengan kengerian dan kepahitan selama bertahun-tahun. Jauh melebihi kengerian yang terjadi pada malam itu. Aku dan Irene harus bersusah payah melewati puing-puing, sisa-sisa mobil yang terbakar dan barikade-barikade kawat berduri sampai akhirnya kami ditolong oleh warga yang sedang meronda subuh itu.

Aku dan ciciku menolak bercerita terhadap siapa pun mengenai kejadian yang kami alami malam itu. Cici mengalami trauma akibat shock berat dan harus dirawat selama beberapa bulan. Selama itu dia tidak pernah berbicara pada siapapun kecuali padaku. Aku pun memilih dianggap sakit dan trauma sehingga tidak harus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari banyak sekali pihak yang ingin mengorek informasi tentang kejadian malam itu. Itu terjadi tiga tahun yang lalu, sekarang aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Casablanca bersama Irene ciciku. Kekayaan ayahku lebih dari cukup untuk menghidupi kita berdua. Persoalan mengurus bisnis, aku serahkan pada seorang pamanku yang dapat kupercaya. RTPLAPAK303

Selama tiga tahun terakhir aku menjalankan hidupku untuk memenuhi semua kebutuhan hasratku. Dan dari semua itu keindahan merupakan sesuatu yang selalu menarik hasratku. Kutemukan itu saat menggumuli tubuh kakakku tiga tahun lalu, kutemui keindahan itu dalam tiap rintihan, maupun jeritan nikmat wanita yang sedang orgasme. Juga dapat kutemukan dalam erangan tanpa daya seseorang yang menghadapi maut, bahkan dalam bau amis darah sekalipun. Akan tetapi di atas semua itu keindahan yang paling sempurna adalah disaat kematian itu terasa dekat, di saat maut dapat diraba, di saat aroma kematian memenuhi penciuman atau di saat maut tersenyum kepadaku, menggenggam mesra tanganku. Ya, betul di tanganku maut akan selalu tinggal dan berdiam. Kevin Lim si anak sial itu telah mati tiga tahun lalu saat tangannya mengayunkan parang mencincang tubuh ayahnya. Kevin Lim juga sudah mati saat ia menyetubuhi cicinya dan saat dia ejakulasi di atas tubuh cicinya yang menggelinjang karena orgasme. Kevin Lim bahkan tidak pernah ada. Aku adalah Kevin.., Kevin Demonic karena kejahatan telah menemukan peraduannya dalam diriku.

TAMAT

Kamis, 12 Oktober 2023

KEVIN DEMONIC – JUDGEMENT DAY – 1

Namaku Kevin bukan salahku kalau aku terlahir berbeda dari yang lain. Kalau aku bisa memilih lebih baik aku tidak pernah dilahirkan. Setidaknya itu kata hati kecilku, satu-satunya unsur kebaikan yang tersisa dalam diriku.

Aku berasal dari keluarga warga keturunan yang minoritas di negeri ini. Ayahku pengusaha yang berhasil dan cukup kaya. Aku kira cukup beralasan mengingat dia memiliki beberapa toko elektronik di Mangga Dua serta beberapa toko kelontong yang tersebar di kawasan Pisangan, Kelapa Gading dan Pasar Baru. Disamping itu ia adalah pemilik sebuah bengkel yang cukup besar di daerah Kemayoran. Kami sekeluarga tinggal di kawasan Pantai Mutiara Pluit. Aku adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara dan satu-satunya anak laki-laki di keluargaku. Kakak laki-laki tertuaku meninggal waktu masih SMA sekitar lima tahun lalu. Keluargaku jauh dari harmonis. Ayah bagiku lebih mirip diktator yang kejam serta berhati dingin. Ibu dan saudara-saudara perempuanku pun tidak jauh berbeda. Di dalam keluarga aku dianggap anak pembawa sial. Aku tidak tahu apa sebabnya demikian, yang jelas kakak tertuaku yang sudah meninggal merupakan putra kesayangan ayah dan ibu, juga idola buat saudari-saudariku yang lain. Semenjak kematiannya keadaanku semakin memburuk karena bila terjadi hal-hal yang kurang baik dalam keluargaku, maka akulah yang dianggap sebagai penyebab.

Sejak kecil aku akrab dengan sumpah serapah bahkan kutukan dari orang tuaku maupun saudara-saudaraku yang lain. Pukulan badan menjadi makanan sehari-hari bahkan untuk kesalahan yang paling sepele sekalipun. Akan tetapi secara keuangan aku tercukupi dan aku mulai terbiasa bahkan menyukainya. Siapa butuh keluarga bila kita punya uang? itu yang ada dalam pikiranku. Sadar atau tidak sadar aku memupuk dendam. Aku tidak tahu kapan dan bagaimana membalas segala perlakuan ini. Yang jelas aku menikmati perasaan dendam dan amarah dalam batinku. Ayah bagiku adalah iblis yang selalu menghalangi jalanku. Dalam hatiku aku berharap agar dia segera lenyap dari dunia ini. Ibu bagiku bagaikan wanita yang tidak tahu diri dan hanya mabuk dalam kesenangannya akan kemewahan. Sedangkan kakak dan adik perempuanku ibarat pelacur-pelacur binal yang mencari muka pada sang iblis demi kepuasan dan kemanjaan mereka. Semuanya berjalan seperti itu sampai pertengahan bulan Mei tahun 1998. Aku menyebutnya sebagai Hari Penghakiman. slotgacorlapak303

Saat itu usiaku 21 tahun dan masih kuliah di sebuah PTS di Jakarta Barat. Aku ingat saat itu terjadi kerusuhan di Jakarta dan keadaan sedang panik. Aku tinggal di kawasan yang mayoritas penduduknya adalah warga keturunan yang saat itu sedang dilanda ketakutan yang amat sangat. Beberapa tetangga telah mengungsi, tapi ayahku dengan sifat arogannya (seperti biasa) bersikeras untuk tetap tinggal di rumah. Dia berkata kalau dia sudah menghubungi kenalannya seorang yang berpangkat di militer untuk melindungi daerah tempat tinggal kami. Nyatanya itu adalah arogansinya yang terakhir.

Saat itu pukul setengah sebelas malam, ketika aku terbangun karena suara gaduh di rumahku. Bibir dan mataku masih lebam dan kakiku masih terpincang-pincang bekas di pukul ayahku dengan raket tenisnya karena malam sebelumnya aku keluar membawa mobil Mercedes Benz kesayangannya. Aku mendengar suara teriakan dari luar. Salah satu suara yang kukenali adalah suara ciciku yang kamarnya satu lantai denganku di lantai atas. Terdengar juga suara bentakan yang keras. Jelas bukan suara bentakan ayahku yang kudengar. Dengan tertatih-tatih aku segera membuka pintu menuju arah suara itu. Alangkah terkejutnya ketika di depan pintu kulihat seseorang pria berbadan kekar dengan menggenggam parang di tangannya maju ke arahku. Saat itu seluruh persendianku lemas dan aku hanya menunduk menutupi wajahku ketika dia mendekat. Saat itu kematian begitu dekat bagiku, bahkan aromanya dapat tercium hidungku. Kutunggu pria itu mengayunkan parangnya menghabisiku. Sesaat aku sempat merasa kelegaan dalam hatiku. Aneh tapi nyata, sepertinya aku tersenyum menghadapi kematianku. Tapi ayunan parang itu tak kunjung datang dan waktu sedetik itu berlalu lama serasa sejam bagiku. Tiba-tiba aku melihat kaki mengayun menendang perutku.. “Aaahh!” aku berteriak keras. Lalu kemudian aku merasa kepalaku dipukul benda keras. Keras sekali sehingga segala sesuatunya menjadi gelap gulita, aku pingsan.

Ketika sadar aku mendapati diriku dalam keadaan tangan terikat. Kepalaku masih pusing saat aku melihat pemandangan yang mengerikan terpampang di hadapanku. Kulihat tepat di hadapanku ibuku tergeletak dangan mata terbelalak dan perut robek. Ususnya terburai dan darahnya menggenangi lantai. Darah itu mengalir sampai membasahi kakiku. Amis baunya bercampur bau asap yang ada di mana-mana. Kupalingkan wajahku dari dirinya hanya untuk menyaksikan suatu pemandangan lain yang tidak kalah mengerikan. Irene, ciciku yang berusia 24 tahun telentang di atas meja dengan tubuh telanjang. Kedua tangannya terikat tali plastik di belakang kepalanya, sedangkan kedua kakinya mengangkang terikat di kedua kaki meja. Aku juga melihat ayahku yang pingsan terikat di kursi. Ada perasaan senang melihat sang iblis tua itu dalam keadaan tidak berdaya. Aku tidak melihat Mirna adiku yang masih kelas 3 SMA.

Di ruangan itu aku melihat sekitar 5 orang pria berbadan kekar dengan kulit hitam. Mata mereka tampak merah seperti terbius oleh sesuatu. Tiga orang dari mereka sibuk menjarah barang-barang yang ada di ruangan itu. Sementara 2 orang lagi terlihat berada di samping ciciku. Yang berambut gondrong sedang meremas-remas buah dada ciciku dengan kedua tangannya yang kasar dan berbulu lebat. Seorang lagi yang berambut cepak menghampiri ciciku sambil membuka celananya. Aku bergidik mengetahui apa yang akan diperbuatnya. Ingin kupalingkan wajahku agar tidak melihat kejadian itu tapi entah mengapa urung kulakukan. Aku mendengar ciciku berteriak memohon-mohon pengampunan pada mereka. “Ampuun.. jangaan”, suaranya penuh nada ketakutan. Tubuhnya gemetar tertekan rasa teror yang nyata di depan mata.

“Diam lu amoy! diam dari pada lu mati sekarang juga”, suara parau dan kasar keluar dari mulut pria gondrong yang terus menggerayangi payudara ciciku. “Mending lu diem dan mati enak..” timpal si cepak sambil mengeluarkan kemaluannya yang hitam dan besar. Terlihat ciciku bergidik memalingkan mukanya sambil menjerit bercampur tangis, “Toloong.. ampuun.. ampuun.. toloo.. Aaauuhshh!” teriakan tolong ciciku berubah menjadi jeritan ketika si cepak menghujamkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluan ciciku. “Diam lu anjing!” suaranya bagai kutukan dari neraka. “Eh Min.. si amoy ini rupanya udah gak perawan!” seru si cepak pada temannya. Rupanya dia merasa kalau ciciku memang sudah bolong. Dasar pelacur! dalam hatiku mengumpat. “Udah bagus lu kagak gue bakar hidup-hidup!” si gondrong menambahkan. “Heheh.. lumayan juga nih amoy.. gue serasa ngentot sama bintang film mandarin.” Si cepak menimpali dengan nafas memburu. Dalam hati aku membenarkan ucapan si cepak. Wajah ciciku memang mirip-mirip Anita Mui (bintang film Hongkong yang main bareng Jacky Chan di film Rumble in Bronx dan Drunken Master 2) dia memang judes orangnya. Rupanya stamina si cepak cukup kuat juga.

Sekitar 5 menit dia memompa ciciku dan belum ada tanda-tanda mengendur. Malah garakannya semakin cepat, kasar dan buas. Sementara itu jeritan-jeritan histeris ciciku semakin melemah bahkan suaranya jadi erangan-erangan lirih lebih mirip orang yang dilanda kenikmatan daripada ketakutan. “Aaah.. udaah.. ampuun.. ammpuu.. aauhffssh!” wajahnya terlihat semakin merah padam karena perasaan malu terhina, takut tidak dapat membohongi kenikmatan yang menjalari sekujur tubuhnya. Beberapa kali matanya mendelik dan badannya bergelinjang tidak sanggup menahan rasa geli yang nikmat itu.

Akhirnya ciciku terlihat menggigit bibir bawahnya dan bola matanya memutih. Kepalanya mendongak, suaranya seperti tertahan-tahan. Ciciku mendekati orgasme. “Mmmh.. hhmmph..!” sepertinya dia hendak melepas gejolak perasaanya tapi malu karena berarti dia mengakui akan kenikmatan yang diberikan pria kekar bertubuh hitam legam yang terlihat kontras di atas tubuhnya yang putih bersih itu. Si cepak juga rupanya telah mendekati klimaksnya. Dia menggerakkan pinggulnya seperti mengocok liang kemaluan ciciku hingga mejanya berderit-derit. Saat itu ciciku rupanya tidak sanggup lagi menahan kenikmatan. Hampir 2 menit dia menahan orgasmenya, kini dia tidak mampu lagi menggigit bibirnya menahan jeritan puncaknya. Matanya terpejam sampai kedua alisnya seperti bertemu. Dia masih berusaha sebisanya menahan jeritan kenikmatannya. “Uuhhssh.. uuhhss.. uuhhss!” nafasnya berat satu-satu dan suaranya mirip ibu hamil yang sedang berkontraksi.

Ciciku memang pantang menyerah. Ia tetap berusaha menahan orgasmenya sampai saat-saat terakhir. Ia tetap tidak mau mengaku kalah terhadap pemerkosanya. Ternyata hanya sesaat dia berhasil. Ketika si cepak menghujamkan tusukan terakhirnya saat batang kemaluannya dia benamkan dalam-dalam ke liang kemaluan ciciku, akhirnya cici menyerah juga. Tubuhnya mengejang, kedua telapak tangannya terkepal kuat dan kedua kakinya yang terikat di kaki meja tampak mengejang. Ujung jari-jari kakinya terlihat meregang dan kontraksi otot dari ujung kaki sampai kepalanya terlihat jelas. Satu lenguhan panjang dan dalam menandai runtuhnya pertahanan ciciku. “Uuhh.. uhh.. uhh.. sshh.. aaffsshh!” jeritnya seiring tubuh pemerkosanya mengejang dan menyemburkan mani haramnya ke dalam liang kemaluan ciciku. “Walaah.. enak tenan!” si cepak berseru dengan suara menjijikkan melepaskan kenikmatannya.

Hampir bersamaan dengan itu, terdengar suara tangis dan jeritan pilu yang kukenali sebagai suara Mirna adiku. Dia dibawa paksa dengan setengah diseret ke ruangan ini oleh seorang pria bertubuh gendut brewokan. “Man.. dapat satu lagi nih.. dia rupanya ngumpet di gudang dari tadi”, seru si brewok kepada si cepak yang sepertinya pemimpin mereka. Pakaian Mirna terlihat compang-camping pertanda dia mengadakan perlawanan. “Wah daun muda nih.. pasti masih perawan!” seru si gondrong. “Kagak kayak kakaknya yang udah bolong.. puihh!!” si cepak berkata mengumpat sambil meludahi tubuh ciciku yang tergolek lunglai. Darahku terasa panas membara melihat perlakuan itu. Saat itu aku agak merasa iba pada saudari-saudariku. Sejenak melupakan kebencianku pada mereka. Mirna begitu melihat ciciku langsung histeris dan menubruk tubuh ciciku. Segera sepasang tangan kasar si brewok merenggut kembali tubuh adikku.

Saat itu ayahku siuman dari pingsannya. Aku baru memperhatikan ada darah segar menetes deras dari belakang badannya yang duduk terikat di kursi. Rupanya dia terluka dan sekarat karena kehabisan darah. “Ampuun bapak-bapak.. jangan ganggu kami lagi.. nanti gue kasih uang banyak buat lu orang”, suaranya kembali terdengar pongah di telingaku. Sejak tadi aku tidak diperhatikan lagi oleh para penjarah itu. Aku disangka masih dalam keadaan pingsan. Tapi dari posisi ayahku yang duduk berhadapan ke arahku terlihat jelas kalau aku sudah siuman. “Diam lu anjing.. ini emang hari naas lu!” seru si cepak sambil menaikkan kakinya ke dada ayah. Saat itu tatapanku bertemu dengan tatapan ayahku. Sejenak aku berharap disaat seperti ini dia akan menatapku dengan penuh rasa penyesalan atau setidaknya di ujung maut dia bersikap baik kepadaku walau untuk terakhir kalinya. Tapi apa yang kuterima adalah tatapan penuh kebencian yang seakan menyalahkanku.

Mulutnya bergumam seperti mengutukku. Tiba-tiba aku merasa gelap menutupi mataku, kebencian kembali bangkit tak tertahankan bagaikan orgasme yang tidak bisa di surutkan kembali. Tiba-tiba aku bangkit dan tanpa sadar aku berteriak-teriak histeris sambil berlari ke arahnya dalam keadaan tangan terikat. “Semuanya salah luu, semuanya salah luu!” aku tak terkendali lagi. “Kalau luu mau dengar kata orang-orang musti ngungsi.. kita selamat.. Mama nggak matii!” aku berteriak histeris sambil menubruk tubuhnya. Para penjarah sesaat terpaku melihatku yang histeris. “Bruuk!” kutabrak ayahku dan kita berdua jatuh di lantai yang sudah tergenang darahnya. Kurasakan tangan-tangan yang kuat menarikku dan menghujamkan kepalan ke wajahku berkali-kali.

“Walah yang ini kalap!” rtplapak303
“Hei anjing, diam lo atau gue sembelih nih!”
Kudengar suara-suara membentak dan sebuah parang mengkilat di tempelkan di leherku. Kembali lagi kematian terasa begitu dekat, bahkan aku merasa maut tersenyum padaku. Bagai di tarik ke dunia lain, aku dapat mencium aroma kematian secara jelas, bahkan dapat kuraba dengan tanganku.

Setengah sadar aku tetap berteriak-teriak histeris manyalahkan ayahku tanpa menghiraukan parang yang siap merobek leherku. Aku seperti mendengar salah seorang penjarah berkata, “Wah si babi ini kesurupan kali.. lepasin aja dan biar dia yang matiin si bandot tua ini.” Setelah itu ikatanku dilepas. “Tuh lu bunuh aja babe lu!” Suara itu terngiang-ngiang di kepalaku. Aku tidak yakin itu suara salah satu dari penjarah atau suara dari dalam diriku sendiri. Kuhampiri ayahku dan sambil menangis histeris, berlutut di depannya. “Papa.. apa salah Kevin selama ini.. apa salah Keviin!” ucapan itu keluar begitu saja dari mulutku. lapakgaming303

Tiba-tiba tak kuhiraukan situasi yang sedang terjadi di rumahku. Yang aku tahu adalah kematian sudah berada di sisiku dan satu-satunya yang ingin kulakukan adalah meminta penjelasan yang terakhir kali dari ayahku mengapa aku mendapat perlakuan yang menyiksa fisik dan batinku selama ini. Alangkah kagetnya aku ketika ayah menatapku tajam dan dengan penuh kebencian berkata, “Kamu bukan darah dagingku! kamu anak haraam! anak siaal.. kamu bawa sial buat keluarga ini! pergi lu ke nerakaa!” Terlepas sudah semua bebanku selama ini mendengar kutukan itu. Aku memang sudah mati. Dan sekarang sudah berada di neraka, saat ini kematian tidak hanya dekat tapi sudah menggenggam erat tanganku. Iya di tanganku sekarang ada kematian. Segala dendam dan murka tertumpah di saat itu juga. Entah dirasuki apa aku saat itu sehingga tiba-tiba segalanya berjalan seperti slow motion. Aku merasa tubuhku bergerak cepat merebut parang yang dipegang si gondrong lalu segera mengayunkan parang tersebut ke arah ayahku! Aku merasa berkali-kali aku hujamkan parang merobek-robek tubuh ayahku, si iblis tua yang pongah itu.

Bersambung…

Selasa, 10 Oktober 2023

BELLA YANG GANAS

 

– Sebenarnya aku ini tdk pernah terpikir untuk bisa ngentot dgn wanita berjilbab… tetapi apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur dan bubur itu sudah di makan oleh aku…. begini ceritanya

Namaku Ferry.. usia 28 tahun , tinggi 168 badanku tegap, rambutku lurus dan ukuran penisku biasa saja normal orang Indonesialah… panjangnya sekitar 16 cm dan diameternya aku gak pernah mengukurnya…

Aku tinggal di rumah kost-kostan istilahnya rumah berdempet-dempetan neh… ada tetanggaku yang bernama Ibu Bella, berjilbab umurnya sekitar 30 tahun, sudah mempunyai 2 orang anak… yg paling besar masih duduk di bangku kelas 5 SD otomatis yg paling kecil umur 1,8 bulan, sementara suaminya berkerja sebagai karyawan biasa di sebuah perusahan.

Setiap hari Ibu Yulia ini wanita yg mengenakan jilbab panjang lebar sampai ke lengannya bisa dibilang aku melihatnya terlalu sempurna untuk ukuran seorang wanita yang sudah berumah tangga dan pastinya aku sangatlah segan dan menghormatnya.

Suatu saat suaminya sudah berangkat ke kantor untuk kerja dan aku sendiri masih di rumah rencananya agak siangan baru aku ke kantor. 

“Iwan…” ibu Yulia memanggil dari sebelah karena aku masih malas-malasan hari ini jadi aku tidur-tiduran saja di tempat tidurku…  SLOTGACORLAPAK303

”Iwan… Iwan… Ibu minta tolong bisa..??” ujar Ibu Yulia dari luar,

aku sebenarnya sudah mendengar tetapi rasanya badanku lagi malas bangun karena mungkin aku yg di panggil tdk segera keluar, maka ibu Bella dengan hati-hati membuka pintu rumahku dan masuk pelan-pelan mencari aku, seketika itu juga aku pura-pura tutup mataku dia mencari-cari aku dan akhirnya dia melihat aku tidur di kamar.
“Wouwgh….” ujarnya spontan dia kaget karena kebiasaanku jika aku tidur tidak pernah pakai baju dan cuma celana dalam saja, pagi itu penisku sebenarnya lagi tegang biasa penyakit di pagi hari.
Seketika itu dia langsung balik melangkah dan menjauh dari kamarku aku coba mengintip dengan sebelah mataku.
“Ooh dia sudah pergi“ ucapku dalam hati tapi kira-kira tak lama kemudian dia balik lagi dan mengendap-endap mengintip kamarku sambil tersenyum penuh arti cukup lama dia perhatikan aku dan setelah itu ibu Bella langsung balik ke rumahnya.

Besok pagi setelah semuanya sudah tidak ada di rumah. Ibu Bella, tinggal anaknya yg paling kecil dah tidur, aku sayup-sayup aku dengar di samping rumahku yang ada di belakang, sepertinya ada yang mencuci pakaian aku intip di belakang.

Ohh ibu Yulia sedang mencuci pakaian, Tapi dia cuma memakai daster terusan panjang dan jilbab karena dasternya yang panjang, maka dasternya basah sampai ke paha ketika aku sedang intip ibu Bella langsung berdiri dan mengangkat dasternya seakan akan melepaskan celana dalamnya dan langsung dicuci sekalian otomatis saat itu aku melihat ooooohhh vaginanya yg merah dan pahanya yang putih di tumbuhi bulu-bulu halus, aku langsung berputar otak-otakku kepingin rasanya mencicipi vagina yang indah milik ibu Bella yang berjilbab ini.

“Maaf ibu Bella, kemarin ibu ada perlu dengan saya“ tanyaku mengagetkan ibu Bella dan seakan-akan dia langsung merapikan dasternya yg tersingkap sampai ke paha.
“Iya nih mas Ferry.. Ibu kemarin mo minta tolong pasangin lampu di kamar mandi “ ucapnya.
“Kalau gitu sekarang aja bu soalnya sebentar lagi saya mau kerja“ sambil mataku melihat dasternya membayangkan apa yang didalamnya.

“Oh iya, lewat sini saja…” ucapnya karena memang tipe rumah kost yang aku tempati di belakangnya hanya di palang kayu dan seng otomatis kegiatan tetangga-tetangga kelihatan di belakang.

Aku langsung membuka kayu dan sengnya dan masuk ke dalam dan ibu Bella membawaku ke depan, aku mengikuti di belakang.
“Ooohhh seandainya aku bisa merasakan vagina dan pantat ini sekarang” gumamku dalam hati.
“Ini lampunya dan kursinya… hati-hati yah jangan sampe ribut soalnya anakku lagi tidur” ucap Ibu Bella.

Aku langsung memasang dan ibu Bella melanjutkan mencucinya, setelah selesai aku langsung bilang
“Ibu sudah selesai“ ucapku kemudian ibu Bella langsung berdiri, saat itu dia terpeleset ke arahku seketika itu aku menangkapnya.
Uups… oh tanganku mengenai payudaranya yang montok dan tanganku satu lagi mengenai, pantatnya yg tanpa celana dalam dan hanya ditutupi daster saja.
”Maaf Dik Ferry… agak licin lantainya” ucapnya tersipu-sipu.
“Ferry tunggu yah ibu bikinin teh“ ucapnya lagi.

Dia ke dapur dan dari belakang aku pun mengikutinya secara pelan-pelan, saat teh lagi di putar di dalam gelas langsung aku memeluknya dari belakang.
“Ferry… apa-apaan neh…” sentak Ibu bella.
“Maaf bu saya melihat ibu sangatlah cantik dan seksi..” ucapku.

“Jangan Fer… aku sudah punya suami..” tapi tetap ibu Bella tidak melepaskan pegangan tanganku yang mampir di pinggangnya dan dadanya…
“Ferry… jangaann..” langsung aku menciumi dari belakang menyingkap jilbabnya.
“Ssluurrp… oh.. betapa putihnya leher ibu bella” ucapku dalam hati.
“Oowgh… Ferryy… hmmm…” ibu Bella menggeliat langsung dia membalik badannya menghadapku.
“Ferry… aku sudah bers…” saat dia ingin mengucapin sesuatu langsung aku cium bibirnya.
“Mmmmprh…” tak lama dia langsung meresponku dan langsung memeluk leherku.
“Mmmmmhprpp….” bunyi mulutnya dan aku beradu aku singkapi jilbabnya sedikit saja sambil tanganku mencoba menggeraygi payudaranya.

Aku melihat dasternya memakai 2 kancing saja diatas dadanya… aku membukanya dan tersembullah payudaranya yang putih mulusss… slurp… kujilat dan kuisap pentilnya….
“Ferry…. ooouuhhh…. ufhhh….” lirihnya.
“Sslurrpp…. slurp.. ketika aku menjilati payudaranya… sepertinya masih ada sedikit air susunya… hmmmm… tambah nikmatnya.. slurp.. slurp…

Sambil menjilat dan menyedot susunya aku tetap tidak membuka jilbab maupun dasternya tapi tanganku tetap menarik dasternya keatas…karena dari tadi dia tidak pakai celana dalam maka dengan mudah itilnya ku usap-usap dengan tanganku.
“Ohhh… oh… sssshhhh…” gumam ibu Bella.
Kepalaku kudekatkan ke vaginanya dan kakinya kurenggangkan.
Ssluruupp…. pelan-pelan kujilati itil dan vaginanya…
“Ooh Ferryy… eennnakkh… oghu… mmmpphhff…” teriaknya pelan kulihat kepalanya telah goyang ke kanan dan kekiri.

Pelan-pelan sambil lidahku bermain di vaginanya, kubuka celana pendekku dan terpampanglah penisku yang telah tegang. tetapi ibu bella masih tidak menyadari akan hal itu. Pelan-pelan kuangkat dasternya, namun tidak sampai terbuka semuanya, cuma sampai di perutnya saja dan mulutku mulai beradu dengan bibirnya yang ranum.
“Mmmmppghh… Ferry… aku…” ucap ibu Bella.

Kuhisap dalam-dalam lidahnya.
“Sslurp… caup… oh ibu sungguh indah bibirmu, vaginamu dan semuanya.” lirihku.
Sambil menjilat seluruh rongga mulutnya kubawa dia ke atas meja makannya dan kusandarkan ibu Bella di pinggiran meja tanganku kumainkan kembali ke itil dan sekitaran vaginanya.
“mmmpphhhh… ufh… oh… Ferr rryy….ibu ssuuudah nggak tahaaannnnn…lirih Ibu Bella.
Pelan-pelan kupegang penisku… kuarahkan ke vaginanya yang sudah basah dan licin….dan bleeesssssssssshh….
“mmmpphhhhh… ufghhh…. Ferryy….” teriak Ibu Bella.
Ssleepep… slepp…. kontolku kudiamkan sebentar…. Ibu Bella spontan melihat ke wajahku dan langsung ia menunduk lagi, kududukkan di atas meja makan dan kuangkat kakinya. Mulailah aku memompanya.. slep… slep.. slep… blssss….
“Ooh vaginanya ibu sangat nikkmmat….”
“Ferrry… kontolmu juga sangat besar” ternyata ibu Bella sudah tidak memikirkan lagi norma-norma, yang ada cumalah nafsu birahinya yang harus dituntaskan.
Berulang-ulang kupompa vaginanya degan penisku.
“Ooohh.. akhh… Ferry….” kubalikkan lagi badannya dan tangannya memegang pinggiran meja.
Kutusuk vaginanya dari belakang bleesssssssss…
“Ohhhhh….” teriak Ibu Bella, kuhujam sekeras-kerasnya kontolku tanganku remas-remas payudaranya.
Aku liat dari belakang sangat bagus gaya ibu Bella nungging ini, tanpa melepas daster dan jilbabnya kutusuk terus … sleeeepp…. sleeps….
Sampai kurang lebih setengah jam ibu Bella bilang
“Ferry…. ibu sudah nggak tahan…..”
“Sabar bu bentar lagi saya juga……” ucapku.
“Oh… ohhhh… mmmppphhhh… Feerry… ibu mau keluarrrr… achhhh……”

Semakin kencang dan terasa vaginanya menjepit kontolku dan oohhhhh… ku rasakan ada semacam cairan panas yg menyirami penisku di dalam vaginanya…. semakin kupercepat gerakan menusukku…
Slep…. slurp… bleeppp….
“Oohhhhh Ibu aku juga dah mau sampai neh…..”
“Cepat Feerry… ibu bantu…. ouho…. oohhhhh….”

Ibu Bella menggoyangnya lagi dan akhirnya RTPLAPAK303
“Ibu…. aku mau keluararrrrr…..”
“Sama-sama ya Ferr…. ibu juga sudah mau keluar lagi…” teriaknya…

“Ohhh… mmmmppphhhh….. ahhhhh..”
Aku dan ibu Bella sama–sama keluar… dan sejenak kulihat di vaginanya terlihat becek dan banjir…
Setelah hening sejenak… ku cabut kontolku dan kupakai celana pendek setelah itu ibu Bella juga merapikan daster dan jilbabnya… langsung aku meminta maaf kepadanya…
“Bu.. mohon maaf .. Ferry khilaf.” ucapku.
“Tidak apa-apa kok Fer… ibu juga yang salah… yang menggoda Ferry“ ucapnya.

Aku langsung pamitan kembali ke rumahku sebelah dan mandi siap-siap kerja… setelah mandi kulihat ibu Bella sedang menjemur pakaian tapi jelas di dalam daster ibu Bella tidak memakai celana dalam karena terlihat tercetak lewat sinar matahari pagi yang meninggi mulai mendekati jam 10 pagi.
Sebelum aku pergi kusempatkan pamitan ke ibu Bella dan dia tersenyum tidak tau apakah ada artinya atau tdk…
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

CERITA SANGE DEWASA DUA COWOK MENGGILIR KEPERAWANANKU

  Setelah aku berpikir panjang dengan berbagai pertimbangan keputusan akhirnya aku pilih’Aku menerima jadi pacarnya’ singkat dan penuh malu ...